Penjelasan Kitab Arrisalatul Jami'ah Bagian X Makna Kalimat وَصَلَّى اللهُ | Senin, 18 Febuari 2013
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا (رواه مسلم)
“ Dari Abi Hurairah Ra, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya ( melimpahkan rahmat) sepuluh kali ”. ( HR. Muslim )
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Tunggal dengan keabadian , Tunggal dengan kesempurnaan, Maha Tunggal menciptakan kerajaan alam semesta dan menghamparkannya dari tiada, Yang Maha memunculkan keluhuran-keluhuran bagi hamba-hambaNya di dunia dan di akhirat, keluhuran dunia yang fana dan keluhuran akhirat yang abadi, dan semua ciptaan Allah telah diisi dengan segala kenikmatan. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala menciptakan air maka Allah simpan sedemikian banyak kenikmatan pada air itu, diantaranya air tersebut sebagai penghilang haus dan dahaga, sebagai pencuci dan pensuci (bersuci), sebagai tempat kehidupan hewan-hewan air, sebagai pemandangan yang indah dan lain sebagainya dari manfaat-manfaat yang Allah ciptakan dalam air tersebut. Demikian pula Allah subhanahu wata’ala menciptakan api, diantara manfaat api adalah untuk memasak, memanaskan, menghangatkan, dan lain sebagainya dari hal-hal yang bermanfaat dari penggunaan api tersebut.
Kemudian Allah subhanahu wata’ala menciptakan tanah dan menumbuhkan bermacam-macam tumbuhan di atasnya yang menghasilkan berbagai macam buah-buahan yang mana memiliki manfaat yang berbeda-beda, menumbuhkan sayur-sayuran dan pepohoan yang dapt digunakan uga untuk berteduh dan lainnya. Lalu Allah subhanahu wata’ala menciptkan hewan-hewan yang memiliki manfaat yang bermacam-macam, sehingga terkadang ada hewan yang nampaknya tidak bermanfaat namun kenyataannya justru hewan tersebut membawa manfaat yang besar, sebagaimana yang kita ketahui bahwa cairan yang paling manis adalah madu padahal asal mula madu adalah dikeluarkan oleh serangga, begitu juga kain yang paling bagus dan paling mahala dalah sutera padahal asal mulanya terbuat dari ulat, adapun minyak wangi yang paling mahal adalah misk padahal asal mulanya berasal dari bagian darah kijang, demikian banyak hal-hal yang berharga dan dimuliakan di muka bumi ini ternyata berasal dari hal-hal yang hina.
Dan Allah subhanahu wata’ala juga menjadikan dalam ciptaan-ciptaanNya itu terdapat mudharat (bahaya), seperti air yang dapat membawa musibah, bakteri , penyakit dan lain sebagainya, begitu juga pada ciptaan yang lainnya seperti api, tanah, gunung-gunung, pepohonan, udara, kesemua ciptaan itu dapat juga membawa musibah selain juga membawa manfaat. Kemudian Allah subhanahu wata’ala mengutus sang Rahmatan Lil’alamin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang membawa rahmat bagi sekalian alam semesta, yang kemudian Allah menjadikan banyak hal yang tadinya akan membawa musibah dari ciptaan-ciptaan Allah subhnahu wata’ala, berubah menjadi membawa manfaat. Sehingga hanya dengan dzikir-dzikir yang sepertinya sangat remeh dan tidak berartipun hal itu justru dapat menghindatkan seseorang dari musibah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Shahih Muslim bahwa seorang sahabat mengadu bahwa ia telah tersengat kalajengking, maka Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam berkata : “ Jika engkau membaca doa :
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“ Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang mulia dan sempurna dari kejelekan yang diciptakan”
Sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali sore hari, maka sungguh engkau tidak akan ditimpa bahaya apa pun. Demikian rahasia kemuliaan dari tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Selanjutnya hadits riwayat Shahih Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا ( رواه مسلم )
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya ( melimpahkan rahmat) sepuluh kali”. ( HR. Muslim)
Adapun shalawat Allah kepada hamba-hambaNya adalah bahwa Allah melimpahkan rahmat kepada mereka. Sedangkan shalawat dari malaikat adalah bahwa malaikat memohonkan pengampunan dosa-dosa untuk hamba kepada Allah subhanahu wata’ala. Adapun shalawat dari manusia adalah berupa doa dan munajat kepada Allah subhanahu wata’ala agar menambahkan kemuliaan kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, makhluk yang paling dicintai Allah subhanahu wata’ala. Maka dari hadits tersebut terbukalah rahasia keagungan cinta Allah subhanahu wata’ala kepada orang-orang yang mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ( الأحزاب : 56 )
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. ( QS. Al Ahzaab : 56 )
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa orang yang bershalawat kepadanya sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya (melimpahkan rahmat) sepuluh kali. Sungguh ribuan shalawat dari kita tidak berarti dibanding dengan shalawat Allah, bahkan jika seluruh alam semesta ini bershalawat maka hal itu tidak akan menyamai satu shalawat dari Allah subhanahu wata’ala. Dan disini Allah subhanahu wata’ala akan bershalawat sepuluh kali untuk orang yang bershalawat kepada nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam satu kali. Hal ini menunjukkan sungguh besarnya sambutan Allah subhanahu wata’ala kepada yang mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, satu kali cinta seseorang kepada sang nabi maka Allah jawab dengan sepuluh kali cinta dari Allah subhanahu wata’ala. Jadi mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bukanlah perbuatan yang kultus atau syirik, namun mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah merupakan anugerah besar dan akan berlanjut dari hal itu limpahan anugerah yang lebih besar dari Allah subhnahu wata’ala di dunia dan di akhirat.
Selanjutnya kita membahas kitab Ar Risalah Al Jami’ah karangan Al Imam Ahmad bin Zen Al Habsyi Ar, dan kita telah selesai dari pembahasan kalimat :
اَلْحَمْدُللهِ رَبِّ الْعَالمَِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
Di malam ini kita akan membahas kalimat وَصَلَّى اللهُ “Washalla Allahu”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam :
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
“ Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah bershalawat untuknya sepuluh kali, dan dihapuskan darinya sepuluh kesalahan (dosa), dan ditinggikan baginya sepuluh derajat”.
Adapun yang dimaksud dengan ditinggikan sepuluh derajat adalah didekatkan kepada Allah subhanahu wata’ala sepuluh kali lebih dekat dari keadaan sebelumnya, maka seandainya seseorang yang hidup di saat ini ia bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam satu kali, maka Allah akan mendapatkan sepuluh kali shalawat dari Allah subhanahu wata’ala, dan dihapuskan darinya sepuluh dosa, serta ia terangkat sepuluh derajat lebih dekat kepada Allah subhanahu wata’ala, sungguh betapa beruntungnya orang yang cinta kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, betapa mulianya perkumpulan shalawat kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka setelah bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pilihlah doa yang ingin diminta dan dipanjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala karena orang tersebut telah terangkat sepuluh derajat lebih tinggi, dan telah berjatuhan darinya sepuluh dosa, sehingga ketika itu ia berada lebih dekat pada pintu terkabulnya doa-doa, demikian agungnya kemuliaan satu shalawat. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dan teriwayatkan dalam Mu’jam Al Kabiir oleh Al Imam At Thabrani:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ عَشْرًا بِهَا مَلَكٌ مُوَكَّلٌ بِهَا حَتَّى يُبْلِغْنِيهَا
“ Barangsiapa bershalawat kepadaku, Allah bershalawat dan bersalam kepadanya sepuluh, dan shalawat itu ada malaikat yang membawanya hingga menyampaikannya kepadaku”
Dalam hadits ini ditambahkan bahwa Allah subhanahu wata’ala juga memberi salam kepada yang bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seseorang jika mendengar bahwa pak RW kirim salam kepadanya maka ia sangat gembira, terlebih lagi jika ia adalah lurah, bupati, gubernur, atau presiden dan terlebih lagi jika yang bersalam adalah Rabbul ‘alamin subhanahu wata’ala karena seseorang telah bershalawat kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka beruntunglah orang-orang yang duduk dalam perkumpulan yang terang benderang dengan shalawat kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Kahil :
ياَ أَبَا كَاهِل أَنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ كُلَّ يَوْمٍ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ وَكُلَّ لَيْلَةٍ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ حُبًّا بِيْ وَشَوْقًا إِلَيَّ كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنْ يَغْفِرَ لَهُ ذُنُوْبَهُ تِلْكَ اللَّيْلَةَ وَذَلِكَ الْيَوْم.
“Wahai Aba Kahin, seseungguhnya barangsiapa yang bershalawat kepadaku di setiap siang hari 3 kali dan setiap malam 3 kali dengan penuh kecintaan kepadaku dan kerinduan kepadaku, sungguh Allah akan mengampuni dosa-dosanya di malam itu dan di hari itu”
Para pecinta dan yang rindu kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam jika bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam maka Allah subhanahu wata’ala akan menghapus dosa-dosanya di malam dan di siang itu, yaitu dengan shalawat yang dipenuhi cinta dan rindu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sayyidina Anas bin Malik berkata teriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari :
مَا رَأَيْنَا مَنْظَرًا أَعْجَبَ مِنْ وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“ Tidaklah kami melihat pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”
Dalam riwayat yang lain disebutkan :
كَأَنَّهُ قِطْعَةُ قَمَرٍ
“ Seakan-akan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah potongan bulan purnama”
Dan dalam riwayat yang lain disebutkan :
كَأَنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ تَدُوْرَانِ فِيْ وَجْهِهِ
“ Seakan-akan matahari dan bulan beredar di wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”
Wajah terindah yang dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala, makhluk yang paling ramah dan paling baik kepada semua teman, dan berakhlak luhur kepada semua musuhnya. Disebutkan dalam sebuah riwayat ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat dijamu dengan makanan oleh orang-orang Yahudi, maka nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi jamuan tersebut dimana makanan itu telah dibubuhi racun, dan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengulurkan tangan pada makanan tersebut, maka makanan yang sudah dimasak itu berbicara dengan berkata : “Wahai Rasulullah , jangan engkau memakanku karena aku telah diberi racun”, maka Rasulullah shallallahu menarik kembali tangan beliau dan melarang para shahabat untuk memakannya, namun sebagian dari para sahabat ada yang telah memakannya sehingga mereka pun meninggal.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminta untuk mencari dan orang yang telah membubuhi racun pada makanan tersebut, maka tertangkaplah seorang wanita Yahudi yang telah meracuni makanan-makanan tersebut, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya : “Mengapa engkau meracuni makanan-makanan ini?”, wanita Yahudi itu menjawab : “Karena aku ingin bukti bahwa engkau adalah benar sebagai Rasulullah, sebab jika engkau hanyalah sekedar mengaku-ngaku sebagai Rasulullah maka engkau pasti akan memakan makanan itu sehingga engkau akan meninggal, namun jika engkau adalah benar seorang nabi maka engkau tidak akan memakan makanan yang beracun itu, dan ternyata engkau tidak memakannya maka sungguh engkau adalah benar-benar nabi”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Bebaskanlah wanita itu”, sehingga beliau tidak menghukum wanita itu justru membebaskannya, adakah akhlak yang lebih mulia dari akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?!.
Hal ini juga membuktikan bahwa makanan tersebut mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian rahasia budi pekerti terindah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana sulit untuk kita temui di barat dan timur serta sulit untuk kita ketahui kecuali dengan mempelajarinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat dimuliakan Allah subhanahu wata’ala begitu juga orang-orang yang mencintainya shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana hadits yang telah disebutkan. Dan kita berada di majelis ini, telah berapa kali kita bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga diantara shalawat itu ada yang menjadi penghapus atas dosa-dosa kita, dan orang-orang yang berkumpul di tempat ini kesemuanya adalah orang-orang yang mencintai dan rindu kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yan teriwayatkan dalam Mu’jam Al Kabir oleh Al Imam At Thabrani Ar:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ بَلَغَتْنِيْ صَلاَتُهُ وَصَلَّيْتُ عَلَيْهِ وَكُتِبَ لَهُ سِوَى ذَلِكَ عَشْرُ حَسَنَاتٍ
“ Barangsiapa yang bershalawat untukku maka shalawat itu akan sampai kepadaku, dan aku bershalawat untuknya, dan selain itu dituliskan baginya sepuluh kebaikan”
Demikian rahasia kemuliaan bershalawat kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan hadits yang menjelaskan tentang kemuliaan shalawat sangatlah banyak. Dan pembahasan kita dalam kitab Ar Risaalah Al Jaami’ah masih sampai dalam pembahasan kalimat وَصَلَّى اللهُ “ Washalla Allahu”. Malam Selasa yang akan datang insyaallah akan kita lanjutkan kembali pembahasan tentang makna shalawat ini, dan masih banyak penjelasan akan hal ini dimana sebagai penyemangat dan kabar gembira untuk orang-orang yang bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Meskipun sebenarnya telah cukup bagi kita untuk memahami kemuliaan shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan firman Allah subhanahu wata’ala :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ( الأحزاب : 56 )
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. ( QS. Al Ahzaab : 56
Memperindah Wudhu | Senin, 02 Juli 2012
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : لَا يَتَوَضَّأُ رَجُلٌ يُحْسِنُ وُضُوءَهُ وَيُصَلِّي الصَّلَاةَ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلَاةِ حَتَّى يُصَلِّيَهَا
(صحيح البخاري)
"Kudengar Rasulullah SAW bersabda : "Tiadalah seorang berwudhu dengan memperindah ( wudhu dengan sebaik-baiknya semampunya ), lalu shalat dua rakaat (sunnatul wudhu), kecuali Allah telah mengampuninya antara wudhunya dan shalatnya hingga ia melakukan shalatnya" (Shahih Bukhari)
Syarah Hadits oleh KH. Khairullah Ramli
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
فحمدا لرب خصنا بمحمد وأنقذنا من ظلمة الجهل والدياجر والحمدلله الذي شرف الأنام بصاحب المقام الأعلى، وأشهد أن إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا ونبينا محمد ورسوله المصطفى ، اللهم صل وسلم وبارك وكرم على عبدك وحبيبك ورسولك سيدنا ومولانا محمد سيد أهل الأرض وسيد أهل السماء وعلى آله وأصحابه وتابعين لهم بإحسان إلى يوم اللقاء
Alhamdulillah atas keberkahan dari Allah subhanahu wata’ala yang telah mengumpulkan kita di majelis yang penuh ramhat Allah, majelis yang penuh dengan mahabbah (cinta) Allah subhanahu wata’ala, dan insyaallah mahabbah ini diberikan oleh Allah kepada kita di dunia dan di akhirat, amin ya rabbal ‘alamin.
Disebutkan dalam hadits yang kita baca tadi, bahwa sayyidina Utsman bin Affan mendengar nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Tiadalah seseorang berwudhu’ dan menyempurnakan wudhu’nya kemudian ia melakukan shalat (sunnah), melainkan Allah subhanahu wata’ala mengampuni dosanya hingga ia melakukan shalat (fardhu)”. Hal ini sebagai bukti bahwa Allah subhanahu wata’ala selalu menyayangi hamba-hambaNya yang beriman dan beramal shalih, sehingga banyak pintu ampunan Allah telah dibuka agar kita mendapatkan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala. Dan tidak lama lagi akan datang malam Nisfu Sya’ban dan kita semua akan menghadirinya insyaallah, sehingga kita mendapatkan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana yang telah dikabarkan sayyidina Muhammad oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Adapun ampunan Allah yang ditawarkan kepada hambaNya yang beriman dalam hadits ini adalah dengan melakukan wudhu’ secara benar dan sempurna kemudian mengerjakan shalat sunnah wudhu’, maka dengan melakukan hal ini seseorang akan mendapatkan janji Allah subhanahu wata’ala berupa ampunan atas dosa-dosa. Sedangkan untuk mendapatkan kesempurnaan wudhu’ yang pertama adalah harus memenuhi rukun dan syarat wudhu’, yang diantaranya air yang digunakan berwudhu’ haruslah air yang suci dan mensucikan, maka tidak boleh menggunakan air musta’mal (telah digunakan untuk bersuci) apalagi air yang najis. Begitu pula rukun-rukun wudhu’ harus terpenuhi yang diantaranya yaitu berniat untuk menghilangkan hadats kecil dibarengi dengan membasuh muka, kemudian membasuh kedua tangan hingga kedua siku, lalu membasuh sebagian kepala atau rambut kepala, kemudian membasuh kaki hingga mata kaki, dan yang terakhir adalah tertib yaitu membasuh anggota wudhu’ secara berurutan mulai dari membasuh wajah disertai dengan niat hingga membasuh kedua kaki, hal tersebut adalah rukun atau yang wajib dalam berwudhu’. Dan jika kita melakukan hal yang sunnah selain yang wajib dalam berwudhu’ maka wudhu’ kita akan semakin sempurna, banyak hal-hal sunnah dalam berwudhu’ yang dapat kita lakukan, diantaranya adalah diawali dengan membasuh kedua telapak tangan, berkumur-kumur, menghirup air ke dalam hidung kemudian mengeluarkannya, mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri, membasuh setiap anggota sebanyak tiga kali, membasuh kedua telinga, dan lainnya. Begitu pula dalam berwudhu’ sebagaimana disebutkan oleh Al Imam Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah terdapat doa-doa yang dibaca ketika membasuh setiap anggota wudhu’ baik yang wajib atau pun yang sunnah, yang mana jika kita membaca doa-doa tersebut tentunya wudhu’ kita akan semakin sempurna. Diantara hal-hal tersebut adalah ketika kita akan berwudhu’ maka disunnahkan untuk membasuh kedua telapak tangan dan membaca doa :
اَلْحَمْدُلله الَّذِيْ جَعَلَ الْمَاءَ طَهُوْرًا وَالْإسْلَامَ نُوْرًا، اَللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ اْليُمْنَ وَاْلبَرَكَةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشُّؤْمِ وَالْهَلَكَةِ
“ Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air suci dan mensucikan, dan menjadikan Islam sebagai cahaya , Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu keberuntunga dan keberkahan, serta aku berlindung kepadaMu dari keputusasaan dan kehancuran”
Dan setelah membasuh kedua telapak tangan maka disunnahkan untuk bersiwak, namun dalam hal bersiwak para Ulama’ berbeda pendapat, diantara mereka mengatakan bahwa sunnah bersiwak ketika berwudhu’ itu dilakukan setelah membasuh kedua telapak tangan dan sebelum berkumur, dan ada yang mengatakan bahwa bersiwak dilakukan sebelum membasuh kedua telapak tangan. Jika bersiwak dilakukan sebelum membasuh kedua telapak tangan maka diharuskan untuk niat bersiwak untuk wudhu’, adapun jika bersiwak dilakukan setelah membasuh kedua telapak tangan maka tidak perlu niat bersiwak untuk wudhu’ karena telah masuk dalam niat sunnah wudhu’ yang diniatkan ketika mencuci kedua telapak tangan, jadi hanya dalam mencuci telapak tangan telah banyak sunnah yang dapat kita lakukan. Begitu juga hal yang sunnah yang dapat dilakukan dalam berwudhu’ adalah berkumur-kumur kemudian membaca doa :
اَللّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى تِلَاوَةِ كِتَابِكَ وَكَثْرَةِ الذِّكْرِ لَكَ
“ Ya Allah bantulah aku untuk bisa membaca kitabMu (Alqur’an) dan bisa banyak mengingatMu”.
Begitu seterusnya hingga membasuh kedua kaki terdapat doa-doa tertentu sebagaiamana yang disebutkan oleh Al Imam Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah. Maka doa-doa seperti di atas jika dibaca ketika melakukan wudhu’ maka wudhu’ pun menjadi semakin sempurna. Al Imam Ghazali mengatakan bahwa jika sesorang membaca doa-doa tersebut maka semua dosa sekujur tubuhnya akan diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala, namun jika tidak membaca doa-doa tersebut maka dosa-dosa yang diampuni hanya pada anggota yang terkena air wudhu’ saja. Para Ulama’ seperti Al Imam Ar Ramli mengatakan bahwa doa-doa ketika membasuh anggota wudhu’ seperti disebut di atas merupakan hal yang sunnah. Sedangkan Al Imam An Nawawi mengatakan bahwa hadits yang membahas tentang doa-doa yang dibaca ketika membasuh anggota wudhu’ hal tersebut tidak ada dasarnya, dan para ulama’ mengatakan bahwa maksud dari ucapan Al Imam An Nawawi bahwa hal tersebut tidak ada dasarnya adalah dalam hadits Shahih, namun ada dalam selain hadits Shahih. Oleh sebab itu sebagian para Ulama’ mensunnahkan untuk membaca doa-doa tersebut, dan Al Imam Ghazali pun menguatkannya dalam kitab Bidayah Al Hidayah. Demikianlah diantara hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperbagus atau menyempurnakan wudhu’. Dan setelah hal-hal tersebut dilakukan, kemudian melaksanakan shalat sunnah maka sebagaimana disebutkan dalam hadits tadi bahwa janji Allah berupa ampunan dari Allah subhanahu wata’ala akan didapatkan. Adapun memperbagus atau menyempurnakan wudhu’ merupakan sifat para shalihin, dimana ketika Al Imam As Syafi’i wafat dan sayyidah Nafisah ditanya tentang beliau, maka sayyidah Nafisah menjawab :
كَانَ يُحْسِنُ اْلوُضُوْءَ
“ Dulu beliau ( Al Imam As Syafi’i) selalu memperbagus wudhu’”
Kita ketahui bahwa Al Imam As Syafi’i mempunyai banyak amal ibadah, diantaranya ketika bulan Ramadhan beliau menghatamkan Al qur’an dua kali dalam sehari, dan selain bulan Ramadhan beliau menghatamkan Al qur’an sekali dalam sehari, namun hal yang paling dipuji oleh sayyidah Nafisah adalah wudhu’ beliau, dimana beliau ketika berwudhu’ selalu memperbagus dan menyempurnakannya. Maka hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang shalih senantiasa memperhatikan untuk memperbagus wudhu’. Begitu pula ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam perjalanan Isra’ Mi’raj, beliau mendengar suara terompah sayyidina Bilal di dalam surga, dan setelah kembali ke bumi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada sayyidina Bilal : “Wahai Bilal, apa yang membuatmu mendahuluiku memasuki surga?”, maka sayyidina Bilal berkata : “wahai Rasulullah, aku tidak memiliki banyak amal, namun yang aku lakukan setiap aku selesai berwudhu’ maka aku mengerjakan shalat 2 rakaat”. Maka shalat sunnah wudhu’ 2 rakaat yang selalu dilakukan oleh sayyidina Bilal selesai berwudhu’ menjadikan sandal beliau mendahuluinya masuk ke surga. Maka pintu-pintu seperti terbuka luas untuk ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di sepanjang waktu dan zaman, dan kita pun akan mendapatkan kemuliaan dari Allah subhanahu wata’ala ketika kita senantiasa mengamalkan amalan-amalan sunnah seperti ini, mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala mencatat kita sebagai orang -orang shalih, diberkahi setiap amal perbuatan kita dan dilimpahi taufik dan hidayah untuk senantiasa menjalankan sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga dikumpulkan bersama beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di hari kiamat, amin ya rabbal ‘alamin.
وبالله التويفق والهداية والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Tausiah Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawa
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala atas perkumpulan yang penuh dengan cahaya Allah, perkumpulan yang terang benderang dengan cahaya ridha Allah, perkumpulan yang meruntuhkan dosa-dosa dengan cahaya kewibawaan Allah, perkumpulan yang menuntun hamba-hamba kepada cahaya ridaha dan kasih sayang Allah, di segala penjuru barat dan timur tidak akan kita dapatkan perkumpulan yang membawa kepada cinta Allah dan RasulNya kecuali dalam majelis-mejelis ta’alim, majelis dzikir, majelis shalawat, shalat berjama’ah, dan di malam hari ini kita berada dalam salah satu perkumpulan tersebut, dalam majelis yang terang benderang dengan cahaya Allah. Semoga Allah menerangi seluruh hati kita dengan cahaya keluhuranNya, cahaya kewibawaanNya, cahaya keagunganNya, cahaya pengampunanNya, cahaya kasih sayangNya, cahaya ridha dan cintaNya. Jika cahaya cinta Allah tidak turun pada majelis yang dihadiri puluhan ribu hamba-hamba yang mendengar tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan memanggil namaNya, maka dimana cahaya cinta Allah itu akan turun di bumi ini, tiada tempat yang lebih layak untuk dituruni cahaya Allah dari tempat yang paling banyak disebut nama Allah didalamnya. Maka pujian tiada terhingga atas Allah subhanahu wata’ala Yang Telah mengasuh dan menggiring kita di malam hari ini untuk hadir di dalam perkumpulan yang dipenuhi cahaya Allah subhanahu wata’ala, yang barangkali pada majelis-majelis mendatang kita telah berada dalam pendaman bumi sehingga tidak bisa lagi menghadirinya, atau mungkin karena kesibukan atau halangan yang lainnya, maka layaklah di malam hari ini untuk kita bersyukur dengan syukur yang teragung untuk Allah subhanahu wata’ala, yang mana dengan bersyukur atas cahaya Allah yang diturunkan untuk kita, Allah subhanahu wata’ala berfirman :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
(إبراهيم : 7 )
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( QS. Ibrahim : 7)
Maka jika kita bersyukur akan nikmat dengan dihadirkannya kita dalam perkumpulan yang dipenuhi cahaya Allah, niscaya Allah akan menambah lagi cahaya keluhuran itu, cahaya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Betapa Maha Kaya nya Allah sehingga tidak akan terhingga cahaya keluhuran yang dibagi-bagikan untuk hamba-hambaNya yang menjadi tamuNya. Dan keberadaan kita di tempat ini adalah sebagai tamu Allah yang sedang dimulikan dengan kemuliaan jamuan-jamuan rahmat Ilahi. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Alqur’an untuk menggiring kita kepada cintaNya dan kepada cinta nabiNya dan pada perjuangan dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah subhanahu wata’ala :
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
( التوبة : 24 )
“Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” ( QS. At Taubah : 24 )
Jika keluarga dari orang tua, istri dan anak-anak, serta harta kekayaan lebih dicintai oleh seseorang daripada Allah dan RasulNya, maka tunggulah keputusan (kehancuran) dari Allah baik dalam kehidupannya di dunia atau pun kelak di alam barzakh atau di hari kiamat yang akan turun kepadanya, karena ia lebih mencintai yang lain daripada cinta kepada Allah dan RasulNya serta dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Secara zhahir ayat ini sangat keras dan menakutkan, namun sebaliknya ayat ini justru menunjukkan cahaya cinta Allah, akan betapa besarnya cinta Allah kepada hamba-hambaNya, karena Dia menginginkan hamba-hambaNya lebih mencintaiNya dan rasulNya, serta dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam daripada semua keluarga, harta bendanya, pekerjaannya dan lainnya, hal itulah yang diinginkan oleh Allah subhanahu wata’ala melalui ayat ini. Maka jika hal itu masih diabaikan dan masih memilih untuk lebih mencintai selain Allah dan RasulNya maka tunggulah waktu dimana Allah akan datangkan keputusan untuknya berupa kehancuran, baik dengan musibah-musibah di dunia, di alam kubur atau kelak di hari kiamat. Ya Allah, kami ingin mencintaiMu dan nabi-Mu lebih dari segala-galanya, dan mencintai Nabi-Mu adalah perwujudan dari mencintai-Mu, maka jadikanlah kami berada diantara kelompok mereka. Siapa dan dimanakah mereka itu?, diantara mereka adalah orang-orang yang hadir dalam perkumpulan-perkumpulan mulia seperti sekarang ini, karena saat ini kalian hadir ke tempat ini dengan meninggalkan keluraga dan harta di rumah, dengan keinginan untuk mendekat kepada Allah dan Rasul-Nya serta mencari ketenangan bathin. Allah subhanahu wata’ala menginginkan hamba-hambaNya seperti itu bahkan lebih lagi, semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan kepada kita sifat cinta yang besar, hingga kita mencapai derajat terluhur dalam mencintaiNya, amin allahumma amin. Namun terkadang ada sebagian yang merasa dan berkata : “Aku belum pernah mencintai Allah, belum pernah mengalirkan air mata rindu kepada Allah”, jika hal ini yang terjadi maka apa faidah hidupnya sejak lahir hingga malam hari ini. Ingatlah ketika kita sakit terkadang kita menangis, ketika salah seorang saudara kita wafat kita menangis, musibah menimpa kita maka air mata mengalir, namun dimanakah air mata yang mengalir karena Allah subhanahu wata’ala, padahal telah kita ketahui dalam sebuah hadits bahwa diantara golongan yang mendapat naungan Allah di hari kiamat adalah orang yang menangis dalam kesendiriannya karena mengingat Allah; sebagian ahli tafsir mengatakan, dalam keramaian ketika berdzikir bersama. Maka perkumpulan seperti ini yang kita perjuangkan demi Allah, dimana setiap malam seseorang berusaha untuk selalu menghadirinya, serta menjajakan kepada orang lain agar nama Allah disebut, agar Allah dicintai dan dimuliakan, namun kemampuan seorang hamba ternyata dibatasi oleh Allah, sehingga banyak diantara majelis-majelis yang tidak bisa dihadiri, yang mungkin tidak lain penyebabnya adalah banyaknya dosa sehingga belum pantas untuk menyebarkan nama Allah hingga ke segala penjuru barat dan timur. Kita renungkan sejenak, apakah cinta Allah itu?, dan renungkanlah siapa yang memberi kita tubuh ini, dari tangan, kaki, pendengaran, penglihatan, ucapan, dan lainnya, darimanakah semua kenikmatan tersebut datang dan dari kebaikan siapa? rizki yang kita dapatkan dari siapa?, mungkin diantara kita ada yang berkata : “rizeki yang saya dapatkan karena saya bekerja”, bekerja dimana?, mungkin ada yang menjawab : “bekerja di kantor, di ladang, di perdagangan dan lainnya”, siapa yang menciptakannya?, kesemuanya tidak lain hanyalah dari kebaikan dan cinta Allah subhanahu wata’ala terhadap hamba-hambaNya. Maka dalam ayat diatas Allah meminta cinta hamba-hambaNya untukNya dan untuk nabiNya sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Semoga Allah subhanahu wata’ala tidak menjadikan kita dalam kelompok orang-orang yang fasiq. Ya Allah salahkah jika kami menangis memohon cintaMu, meskipun kami masih mencintai banyak hal selainMu dan RasulMu, bahkan diantara kami ada yang hingga tidak pernah mencintaiMu serta melupakanMu, bahkan tidak pernah pula merindukanMu, hati seperti apa yang ada pada diri ini Ya Allah maka perbaikilah dan tiada yang mampu memperbaikinya selainMu…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawa beliau berkata: Do'a kita pun kepada Saudara/i kita adalah sedekah, sebagaimana yang disabdakan Oleh Sayyidina Muhammad Saw : "Semua yang baik adalah sedekah".
Doa Sang Nabi SAW Untuk Ummatnya
قال رسول الله ِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
كُلُّ نَبِيٍّ سَأَلَ سُؤْلًا أَوْ قَالَ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ قَدْ دَعَا بِهَا فَاسْتُجِيبَ فَجَعَلْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW: “Semua Nabi memohon permohonan, atau semua nabi mempunyai doa yang ketika mereka berdoa dikabulkan, maka kujadikan doaku adalah syafaat untuk ummatku di hari kiamat” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur , Yang mengangkat jiwa dan sanubari untuk mencapai keluhuran, Yang menyingkirkan sifat-sifat hina yang ada di dalam hati untuk menuju pada keindahan dan kasih sayang Allah, kerinduan dan kesucian Allah, menuju pada pengampunan Allah dan selalu asyik berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, lalu dibukakan rahasia kelezatan doa dan munajat sehingga hatinya bercahaya dengan ketenangan doa dan munajat, hatinya bercahaya dengan ketenangan sujud, bercahaya dengan ketenangan hidup, dan sanubarinya bercahaya dengan ketenangan dari meninggalkan dosa dan segala hal-hal yang dimurkai Allah subhanahu wata’ala, dan senantiasa ingin berada dalam keridhaan Allah.
Kita telah membaca hadits luhur, bagaimana nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengatakan bahwa seluruh nabi mempunyai doa, dan setiap doa mereka telah dikabulkan, namun beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menahan doanya untuk memberi syafaat kepada ummatnya di hari kiamat, syafaat untuk para pendosa, syafaat untuk orang-orang yang banyak melakukan maksiat kepada Allah, dan sungguh cinta beliau lebih dari cinta ayah bunda kepada anaknya, demikian dalam cinta sang nabi kepada ummatnya, karena orang-orang yang mencintai kita kelak di hari kiamat pastilah akan meninggalkan kita, seorang ayah dan ibu akan meninggalkan anaknya, suami dan istri akan saling berpisah di hari kiamat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ، وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ، وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
( عبس : 34-37 )
“ pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya, setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” ( QS. ‘Abasa : 34-37 )
Di saat itu kekasih akan berpisah dengan kekasihnya, namun sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan mencari ummatnya dan para pendosa (dari ummatnya) untuk diberi syafaat, para shalihin diberi hak syafaat, para ahli surga akan ditambah derajatnya di surga, para ahli neraka disyafaati agar selamat dari neraka, inilah kekasih kita yang mencintai kita, yang membela kita, yang belum pernah kita berjumpa dan melihat wajahnya (saw), namun cinta beliau telah sampai kepada kita dan seluruh ummatnya hingga akhir zaman. Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, ketika saat-saat sakaratul maut sang nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam meminta siwak kepada sayyidah Aisyah Ra, kemudian beliau bersiwak lalu beliau merebah di pangkuan sayyidah Aisyah seraya berkata : “ Aku akan bertemu dengan Ar Rafiiq Al A’laa ( Allah )”. Sayyidah Aisyah berkata bahwa hembusan nafas terakhir sang nabi sampai ke tubuh beliau, adapaun diantara doa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di saat sakaratul maut adalah :
اَللّهُمَّ شَدِّدْ عَلَيَّ مَوْتِيْ وَخَفِّفْ عَلَى أُمَّتِيْ
“ Ya Allah pedihkanlah sakaratul mautku dan ringankan untuk ummatku”
Dan iriwayatkan dalam kitab-kitab sirah (sejarah Nabi saw), yang diantaranya riwayat Al Imam Thabrani dan lainnya, dimana ketika sayyidina Mu’adz bin Jabal ra meninggalkan Madinah Al Munawwarah atas perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk pergi ke Yaman, maka dalam keadaan antara tidur dan bangun ia mendengar suara : “ Wahai Mu’adz, bagaimana engkau bisa tidur dan tenang sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaaan sakaratul maut”, namun sayyidina Mu’adz menganggap itu adalah bisikan syaitan, maka beliau terus melanjutkan perjalanannya, hingga ketika beliau sampai di Yaman kembali lagi terdengar bisikan : “Wahai Mu’adz…!, bagaimana engkau bisa tidur dan tenang sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berada di dalam kubur”, maka sayyidina Mu’adz berbalik arah dengan kudanya dan berteriak seakan orang yang tidak sadarkan diri, beliau bingung apa yang harus diperbuat karena bisikan itu terus menghampirinya, padahal beliau telah diperintah untuk pergi dan telah tiba di Yaman. Akhirnya beliau kembali lagi ke Madinah Al Munawwarah untuk menenangkan hatinya, maka beliau pun kembali ke Madinah Al Munawwarah dan di tengah perjalanan beliau bertemu dengan utusan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA, utusan itu membawa surat dari sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA yang telah diangkat menjadi khalifah ketika itu, kemudian beliau membaca surat itu yang berbunyi : “wahai Mu’adz, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat”, maka sayyidina Mu’adz bin Jabal terdiam dan air mata pun mengalir dan berkata : “Siapa lagi yang akan peduli pada anak yatim dan kaum fuqara’ dan orang-orang yang susah jika Rasulullah shallallahu shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat”. Maka sayyidina Mu’adz melanjutkan perjalanannya ke Madinah Al Munawwarah dan menuju ke rumah sayyidah Aisyah Ra, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah dimakamkan di rumah sayyidah Aisyah, maka ketika itu sayyidina Mu’adz bin Jabal mengetuk pintu rumah, dan sayyidina Mu’adz berkata : “ aku adalah Mu’adz bin Jabal dari kalangan Anshar yang diutus oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk pergi ke Yaman, dan aku tidak tau apa yang telah terjadi”, maka sayyidah Aisyah Ra berkata : “ Wahai Mu’adz bersyukurlah karena engkau tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di saat sakaratul maut, karena jika kau melihat wajah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang menahan pedihnya sakaratul maut beliau dan rasa sakaratul maut ummatnya shallallahu ‘alaihi wasallam maka sungguh engkau tidak akan bisa makan atau minum, bahkan engkau tidak akan bisa merasakan ketenangan hidup didunia hingga kau wafat”. Sungguh Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu untuk meringankan sakaratul maut untuk sang nabi, namun beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meminta sakit yang sangat pedih ketika sakaratul maut demi meringankan sakartul maut ummatnya sahallallahu ‘alaihi wasallam, maka rasa sakit dari setiap sakartul maut ummat beliau sebagian telah diringankan oleh sakitnya sakaratul maut yang dirasakan oleh sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
(hb Munzir tidak memperpanjang ceramah beliau sebab telah ceramah sebelum beliau Abuya KH Muhyiddin dari SUMEDANG, lalu diteruskan ceramah oleh Alhabib Salim bin Umar bin Hafidh dari Tarim Hadramaut)
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah menjauhkan kita dari segala musibah dengan keberkahan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan semoga Allah memuliakan hari-hari kita dengan cinta kepada-Nya dan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan semoga Allah menghadapkan langsung wajah kita dengan wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam , kemudian dihadapkan untuk memandang wajah Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi:
أَنَا جَلِيْسُ مَنْ ذَكَرَنِيْ
“ Aku adalah teman (sangat dekat dg) orang yang mengingat-Ku”
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.
No comments:
Post a Comment